Masalah Ambivalen
- Read more about Masalah Ambivalen
- Log in to post comments
Ambivalen (mendua hati) sebenarnya merupakan gejala yang tak
Artikel
Ambivalen (mendua hati) sebenarnya merupakan gejala yang tak
Ada satu hasil penelitian tentang perceraian yang cukup
Memasuki tahun 1998 dengan pelbagai tantangan telah membekali setiap pribadi dewasa dengan kecemasan dan pertanyaan "apa yang akan kita hadapi dan.... bagaimana masa depan umat manusia?" Lebih kurang lima bulan terakhir ini kita terus menerus membaca tentang analisa, ulasan dan hasil-hasil brain-storming dari ahli-ahli dan pengamat politik dan ekonomi tentang krisis yang sedang terjadi dan pendapat/pikiran mereka tentang apa yang mungkin dapat dilakukan. Terus-terang saja hampir semuanya mengecewakan. Penulis merasa prihatin, karena sedikit sekali bahkan hampir tidak ada yang benar- benar mencoba memikirkan akar persoalannya. Menganalisa gejala tak pernah menyelesaikan persoalan.
Para futurolog seperti John Naisbitt (Megatrend 2000) dan Alvin Toffler (Future Shock) telah memprediksi dengan tepat bahwa akhir abad 20 ini akan ditandai dengan makin melemahnya fungsi keluarga. Apa yang manusia sebut dengan "keluarga" makin lama makin sulit untuk didefinisikan. Dengan terus terang, Ferdinant Lunberg mengatakan bahwa,"The family is near the point of complete extinction/fungsi keluarga hampir punah" (The Coming of World Transformation). Bahkan David Cooper berani memproklamirkan kematian dalam keluarga dalam bukunya yang secara khusus memilih judul, "The Death of Family."
Apa tujuan dari pernikahan dan keluarga Kristen? Untuk maksud apa orang Kristen menikah dan berkeluarga? Pertanyaan yang sering kita
Di tengah realita makin banyaknya orang-tua kedua-duanya bekerja, sering kali timbul pertanyaan tentang siapa yang bertanggung jawab dalam masalah disiplin anak. Kesibukan orangtua baik dalam pekerjaan maupun dalam pelbagai kegiatan sosial seringkali mempunyai dampak langsung terhadap tanggung jawab disiplin pada anak-anak mereka. Konsentrasi yang terbagi-bagi antara pekerjaan, pelayanan, kegiatan sosial dan kehidupan rumah tangga telah membuat banyak orangtua merasa tidak mempunyai waktu untuk memikirkan tentang disiplin.
"Lebih dari dua belas tahun suamiku hidup dalam perzinahan (ia mempunyai simpanan), airmataku sudah kering, siang malam aku berdoa kepada Tuhan, mengapa Tuhan tidak mendengar doaku?" Untuk keluhan ini saya terdiam sejenak. Dalam pikiran saya berkecamuk 1001 macam pertimbangan. Gampang bagi saya untuk mengingatkan Ibu yang malang ini bahwa sebagai orang Kristen kita percaya Tuhan selalu menjawab doa, Dia tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya, dan tidak ada satu kuasa apa pun yang dapat menceraikan kita dari kasih-Nya (Rm.8:35). Jangan putus asa!
Pertanyaan yang nadanya pesimistis ini sering saya dengar melalui mulut orang-orang yang berkonsultasi dengan saya. Mereka
Sekalipun Firman Tuhan menjabarkan dengan jelas bahwa di dalam dan melalui pernikahan pria dan wanita akan "menjadi satu daging"