Edisi C3I: e-Konsel 390 - Konselor Kristen dan Pahlawan [3]
Bagi orang Kristen, Yesus [5] adalah pahlawan kita. Apakah kita perlu pahlawan lain? Secara teoritis tidak karena Dia telah menjadi Pahlawan dan Dia sempurna. Dia adalah contoh utama seorang pahlawan -- yang meskipun memiliki pilihan untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri, Dia rela menyerahkan posisi surgawi-Nya, mengambil bentuk yang lebih rendah, yaitu manusia, menerima perlakuan buruk yang tidak seharusnya, serta kematian yang teramat menyakitkan untuk menyelamatkan kita, yang tidak mampu menyelamatkan diri sendiri dari keadaan terpisah selamanya dari Pencipta kita. Sebagai Pahlawan, Yesus menunjukkan keberanian, keyakinan yang kuat dan kebenaran, melawan penjahat (setan [6], iblis), terluka, dan mencapai keabadian. Dia "lebih cepat dari kecepatan peluru, lebih kuat dari lokomotif, dan mampu melompat gedung tinggi dengan satu lompatan". Dia adalah "Super Man" kita; Dia adalah Allah [7] atas segala allah. Saya iri dengan mereka yang pernah berjumpa dengan-Nya, mendengar Dia, merasakan manfaat besar dari menyaksikan ratusan cerita yang tidak tercatat lainnya untuk anak cucunya, dan yang mengetahui rincian kecil tentang kepribadian-Nya yang hanya bisa diketahui melalui pengamatan langsung.
Hari ini, kita memiliki kisah-Nya dalam bentuk tertulis, dan Roh Kudus [8] yang dapat membawa kita kepada kebenaran, kepada-Nya. Namun, apakah itu cukup? Panca indera kita tidak mampu memahami-Nya. Seperti pada zaman Perjanjian Lama [9], mereka menginginkan seorang raja, seorang yang hidup untuk memimpin, prajurit, pahlawan, salah satu dari mereka sendiri -- manusia. Tuhan, Raja, itu tidak cukup bagi mereka meskipun Allah sudah memperingatkan bahwa keadaan tidak akan berjalan dengan baik jika Dia memberi mereka seorang raja manusia. Namun, kita semua belajar melalui contoh langsung dari orang lain. Paulus [10] meminta orang Kristen untuk menirunya (1 Korintus 4:16, AYT [11]). Sejujurnya, kita semua lebih memilih figur yang hidup, yang dapat kita pandang. Suatu hari, kita akan melihatnya.
Ada sebuah konsep psikologis yang membantu kita memahami keinginan akan figur yang hidup dibanding sekadar cerita yang membutuhkan iman dan representasi yang ada di pikiran. Kita menginginkan, dan dalam beberapa hal perlu untuk dapat mengamati tindakan langsung dari orang lain sehingga kita dapat lebih mudah mengidentifikasi, dan, yang lebih penting, dapat secara mudah berubah (internalisasi kualitas lain yang membantu dalam pembentukan diri). Hal ini dicontohkan oleh rata-rata anak berusia 3 tahun yang meniru sikap, kata-kata, dan perilaku dari orang-orang yang ada di sekitar mereka. Anak-anak kecil mencoba perilaku baru yang menjadi bagian dari siapa mereka. Ini merupakan bagian penting dan tidak dapat dihindari dari pengembangan kepribadian manusia.
Namun, kita dapat menjawab dari sisi yang lain. Memiliki pahlawan dapat menempatkan kita pada risiko kekecewaan yang menyedihkan dan penyembahan berhala, terutama bagi kaum muda dan yang tidak terdidik. Madame Suzanne Necker [12], seorang penulis kelahiran Swiss berkata, "Sembahlah pahlawan Anda dari jauh, tetapi menyentuhnya akan membuatnya layu." Ketika fantasi menemui kenyataan, kita sering menjadi sedikit terkejut. Berikut ini adalah apa yang biasanya terjadi ketika kita benar-benar mengenal seseorang yang telah kita puja-puja. Dalam psikologi [13], mereka yang dipuja-puja dipahami sebagai hasil dari pemindahan positif. Sebuah pemindahan positif terjadi ketika seseorang secara tidak sadar mengumpulkan perasaannya yang baik, pemikiran surgawi, dan keyakinan yang tetap dari hubungan sebelumnya, dan mengenakan hal-hal tersebut kepada orang lain, seringnya secara tidak pantas dan tanpa evaluasi yang tepat di depan. Semakin banyak waktu yang kita habiskan dengan mereka, semakin kita cenderung untuk melihat keberdosaan mereka, dan semakin besar kemungkinan mereka akan jatuh dari status mereka yang hampir seperti allah. Tanpa manfaat dari kebodohan dan fantasi, nasib pahlawan akan seperti Humpty Dumpty [14], yang jatuh dari dinding, hancur berkeping-keping, dan tidak bisa disatukan kembali lagi.
Haruskah kita memberi gelar dan menghormati setiap manusia sebagai pahlawan atau haruskah kita mengkhususkannya untuk Yesus saja? Setiap orang perlu memutuskan untuk dirinya sendiri. Menurut pendapat saya, saya tidak berpikir Tuhan mengatakan kita tidak boleh mencari atau memiliki pahlawan manusia, tetapi kita harus berhati-hati dengan kecenderungan manusia dan godaan yang memungkinkan pria dan wanita ini untuk menjadi pengganti Allah yang benar-benar cemburu. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | CCCRD |
Alamat URL | : | http://www.cccrd.org/christian-counseling-do-we-need-heroes [16] |
Judul asli artikel | : | Christian Counseling: Do We Need Heroes? |
Penulis artikel | : | Frank Mancuso |
Tanggal akses | : | 22 Oktober 2015 |