Edisi C3I: e-Konsel 376 - Konseling dan Pekerjaan [3]
Untuk menolong kita bertahan di tempat kerja, kita harus mempunyai konsep yang tepat mengenai relasi kerja. Relasi kerja sebetulnya adalah sebuah kontrak yang masing-masing pihak diharapkan memenuhi tanggung jawabnya. Dalam kontrak tersebut, kedua belah pihak sebetulnya akan saling memberi dan saling menerima, yang bekerja akan menerima upah dan yang memberikan pekerjaan akan menerima jasa. Jadi, yang pertama-tama perlu dilakukan ialah mengetahui kejelasannya, yaitu apa yang akan dituntut dan apa yang akan diberikan. Langkah pertama ini sering kali dilewati oleh banyak orang sehingga mereka tidak begitu mengerti apa yang dituntut.
Ada kontrak yang tertulis, ada kontrak yang tak tertulis. Jadi, yang perlu ditekankan adalah bagaimana ketika kita menghadapi pekerjaan yang kontraknya adalah yang tak tertulis. Artinya, segala sesuatu bisa diminta tanpa peringatan terlebih dahulu. Menurut saya, hal itu juga merupakan suatu kontrak.
Jadi, saya mau menggarisbawahi juga satu prinsip di sini, yaitu penerimaan kerja tidak sama dengan penerimaan rekan kerja. Prinsip ini adalah dua hal yang sangat berbeda. Kita bisa disambut, diberi salam selamat datang, diberi kursi dan meja, tetapi hal itu sama sekali tidak menandakan kita sudah diterima sebagai rekan kerja, kita baru diterima untuk bekerja. Supaya bisa diterima sebagai rekan kerja, perlu waktu penyesuaian antara dua belah pihak sehingga akhirnya bisa klop.
Tempat kerja yang baik adalah yang akomodatif. Akomodatif dalam pengertian bahwa staf lama atau yang senior bisa menerima keunikan orang yang baru.
Salah satu cara yang saya tahu sering digunakan orang adalah melobi. Saya tahu dalam kasus-kasus tertentu melobi itu efektif, tidak selalu buruk. Namun, saya pribadi memang tidak begitu nyaman melobi. Alasan saya yang pertama, bagi saya kalau kita melobi seseorang untuk mendukung usulan kita dalam rapat bersama, sebetulnya tanpa disadari sudah terjadi kontrak, yaitu kontrak utang. Kita berutang kepada dia yang akan memberikan dukungan kepada kita. Alasan yang kedua, melobi akan menciptakan koalisi dalam suatu organisasi dan itu tidak sehat.
Sampai batas mana kita bisa bertoleransi atau menentukan inilah saatnya untuk berhenti? Apalagi orang/pribadinya sudah diterima, tetapi idenya selalu tidak diterima. Saya kira ada dua pertimbangan:
-
Apakah sesuatu yang dilakukan di tempat pekerjaan kita itu merupakan dosa? Jadi, kita memakai standar firman Tuhan, kita tidak mau mengambil bagian dalam dosa. Pengertian dosa di sini bukannya yang interpretasi-interpretasi, tetapi dosa yang sungguh-sungguh jelas hitam atau putih.
-
Apakah kita tidak bisa efektif lagi dalam memberikan sumbangsih? Alasannya, misalnya, di sana kita sudah terlalu terhambat, kita tidak bisa lagi memberikan diri kita dengan baik, kita ditindas, kita dibedakan, dan sebagainya.
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23 [4])
Ayat ini merupakan suatu imbauan atau suatu permintaan Tuhan, apa pun yang kita lakukan dalam hidup ini perbuatlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Meskipun kita bekerja untuk manusia, tetapi kita bersungguh-sungguh dan memberikan yang terbaik. Perlu dihayati bahwa pekerjaan yang kita terima itu diberikan oleh Tuhan sehingga kita bertanggung jawab kepada Tuhan juga.
Unduh Audio [5]
Diambil dan disunting dari:
Nama situs | : | TELAGA |
Alamat URL | : | http://telaga.org/audio/memelihara_relasi_kerja [6] |
Judul audio | : | Memelihara Relasi Kerja (T096B) [6] |
Narasumber | : | Pdt. Dr. Paul Gunadi |
Tanggal akses | : | 14 April 2015 |