Pada tahun 2015, YLSA membutuhkan beberapa staf baru, termasuk staf divisi Publikasi. Untuk itu, kami mohon dukungan doa dari Anda agar Tuhan Yesus mengirimkan staf-staf baru ke YLSA sehingga pelayanan-pelayanan YLSA terus berjalan dan semakin berkembang. Atas perhatian Anda, redaksi mengucapkan terima kasih. Informasi mengenai lowongan di YLSA dapat Anda akses di: http://ylsa.org/lowongan
Bagi Pelanggan e-Konsel yang membutuhkan dukungan doa, silakan kirimkan pokok doa Anda ke Redaksi e-Konsel dengan alamat kontak di bawah ini. Terima kasih.
Jika Anda adalah orang yang peduli, Anda pasti memberi konseling. Apabila Anda berkata, "Saya tidak pernah bisa memberi konseling," ini bisa diartikan bahwa Anda tidak mau mendengarkan orang yang berbeban berat, yang datang kepada Anda untuk meminta pertolongan. Memang ada banyak alasan, Anda mungkin malu, merasa tidak mampu, dst.. Akan tetapi, sebagai orang Kristen, kita seharusnya memiliki kerinduan untuk mau peduli dan menjangkau orang-orang yang terluka daripada menyembunyikan diri, walaupun ini berarti kita harus berbagi "beban" dengan mereka. "Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu." (1 Tesalonika 3:12)
Bagi seorang konselor, mengembangkan diri merupakan suatu keharusan. Semua pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan konseling yang sudah didapatkan konselor bisa menimbulkan rasa puas. Hal ini bisa menimbulkan pemikiran bahwa kebutuhan untuk selalu mengembangkan diri dalam bidang konseling bukanlah suatu keharusan atau kebutuhan mendesak bagi mereka.
Fakta pertama menyatakan bahwa manusia sudah jatuh dalam dosa. Jadi, sudah semestinya kita berkata, "Saya telah berbuat dosa dan patut menerima hukuman kekal." (Roma 3:23; Roma 6:23; Yesaya 59:2; Yesaya 53:6) Dosa berarti berada di bawah standar Allah yang Mahasuci dan Mahaadil. Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Maut adalah perceraian dengan Allah (Yesaya 59:2). Oleh karena setiap orang telah berbuat dosa, maka ia hidup "terpisah" dari Allah dan kasih-Nya untuk selama-lamanya.
Sebelum Injil Yesus Kristus menyinari panggung sejarah manusia, "kasih"
kebanyakan dimengerti dalam arti kepentingan diri sendiri. Mengasihi yang
tidak layak dikasihi, adalah sesuatu yang tak masuk akal. Allah yang penuh
kasih datang mencari manusia berdosa, adalah sesuatu yang tak terpikirkan
dalam dunia bukan Kristen.